Mengungkap Hasil Tes BATAQU yang Belum Terungkap

Ayo kita cermati, sebenarnya apa yang terjadi di balik pemberitahuan hasil tes BATAQU ?

 

Tulisan ini tidak bermaksud mengorek hasil tes, apalagi mempersoalkan sesuatu yang sebenarnya sangat “tidak penting” untuk dipersoalkan.

 

Tulisan ini hanya mencoba memotret pesan yang lain dari kegiatan yang dilaksanakan di bulan puasa, bulan yang penuh rahmah ini.

 

Ada bermacam reaksi dari guru setelah mengetahui hasil tesnya, sebut saja misalnya ada yang terkesan kurang puas karena pelaksanaannya yang tidak ideal, waktu yang sangat sedikit, suasana kejiwaan yang kurang stabil sehingga membuat orang yang sebenarnya dalam posisi sudah benar, namun karena situasi emosional yang kurang baik juga berpengaruh kepada bacaan al Quran yang seakan2 kurang baik pula, ada juga yang menanggapi dengan sangat positif, dijadikan sebagai momentum evaluasi diri menuju perbaikan dalam baca al Quran, namun karena kewaspadaannya, walaupun melihat ini sebagai sesuatu yang positif, ia tetap berfikir dengan cerdas terkait branding madrasah kita,

sementara yang lain, ada juga yang datar datar saja dalam menyikapi hasil tesnya, tak ada tanggapan yang perlu disampaikan, ikut saja apapun hasilnya.

 

Mengapa semua reaksi di atas itu terjadi ?

 

Menurut hemat penulis, semua itu hanya disebabkan oleh satu kata saja, kata “PEMBINAAN”

 

Sebuah kata bisa memiliki implikasi yang sangat dakhsyat dalam emosional seseorang.

 

Ada cerita; seorang raja yang bermimpi istananya kebanjiran sehingga menenggelamkan seluruh penghuninya, termasuk raja yang sudah lari menjauh tetap akhirnya terjangkau oleh gelombang air.

 

Besok pagi ia langsung memanggil seorang ahli tafsir mimpi, dalam hasil analisa tafsirnya, ahli tafsir mimpi ini mengatakan kepada si raja, “wah ini celaka raja, mimpi ini menunjukkan bahwa raja dan seluruh penghuni istana akan mati,” .

 

Mendengar jawaban tukang tafsir ini raja marah dan tersinggung, sehingga tukang tafsir ini langsung dijebloskan ke penjara.

 

Karena tidak puas, raja mendatangkan tukang tafsir mimpi yang lain, yang ini nasibnya berbeda, kebalikan dengan yang dialami penafsir yang pertama, penafsir yang kedua justru diberi kehormatan, langsung diangkat menjadi penasihat raja kala itu, ini karena penafsir yang kedua menjawab dengan ungkapan “wah ini hebat, mimpi itu menunjukkan kehebatan raja sendiri, memang manusia semua pasti akan mati, tapi raja yang paling akhir nanti, karena raja adalah orang yang nomor satu di negeri ini”.

 

Di laporan hasil klasifikasi tes BATAQU ada 3 kategori kompetensi, di kolom keterangan ini menurut penulis yang memantik emosional sebagian guru,

ada tiga; _*Pembina, Pembinaan*_ dan _*Pembinaan Intensif*_

 

Ingat kata pembinaan, apalagi kata pembinaan intensif itu identik dengan perlakuan kepada orang yang punya masalah, mungkin ini yang membuat sebagian guru “kurang sepakat”, bukan soal teknis, bukan soal hasil tes, hanya soal kata kata saja, karena sejatinya, semua guru pasti senang untuk belajar al Quran.

 

Mungkin akan beda kalau di kolom tidak muncul, kata _baik,_ _cukup,_ _kurang,_ atau kata _pembina, pembinaan, pembinaan intensif._

 

Sepertinya akan beda rasanya kalau kita hanya menulis klasifikasi itu dengan; C, B dan A, sedangkan untuk keterangan perlakuan kepada masing masing, bisa dijelaskan di bagian lain tanpa harus masuk kolom yang menyebut nama masing-masing guru.

 

Simpulan yang bisa diungkap; Ternyata kata kata itu bisa berdampak luar biasa, baik kepada kita sendiri, ataupun untuk orang lain.

 

Tugas kita yang mau berbicara perlu cermat memilih kata, jangan sampai kita tidak merasa, kalau satu kata yang kita ucapkan telah membuat orang lain tersakiti seumur hidupnya, karena hati bagaikan kaca yang jika sudah terlanjur pecah tak mungkin diutuhkan kembali seperti sedia kala. _salamatul insan fi hifdzil lisan._

 

Bagi kita yang menjadi _mukhatab_ (lawan bicara), jika ada orang menyampaikan kalimat yang kurang baik, maka jalan terbaik tidak perlu melayani dengan ketidak baikan pula, segera kita ingat pesan nabi, _Inni shoimun_ (saya lagi berpuasa), saya lagi mengikat janji kepada Allah untuk menjadi orang yang bisa menahan diri.

 

Wallahu a’lam.

 

 

 

Oleh:

Zainul Arifin

Guru MAN 1 Probolinggo