MANSAPRO - Ujian Madrasah (UM) MAN 1 Probolinggo yang di kampus 2 atau di area pondok pesantren Nurul Jadid Paiton memiliki catatan kebahagiaan tersendiri.
Hal ini terjadi karena status siswi MAN 1 Probolinggo yang di kampus 2 adalah santri pondok pesantren Nurul Jadid Paiton yang ritme pembelajaran dan liburnya menyesuaikan dengan pondok pesantren.
Salah satu siswi bernama Aliya Yusli Hayati, kelas XII IPS dari Jembrana Bali mengungkapkan rasa bahagianya karena sebentar lagi akan segera pulang kampung saat libur Ramadan pondok pesantren Nurul Jadid.
"Senang sekali sebentar lagi pulang sudah lama tidak jumpa keluarga di rumah," ungkapnya berseri seri.
Sebagai informasi siswi MAN 1 Probolinggo yang juga sebagai santri pondok pesantren Nurul Jadid hanya memiliki libur dua kali dalam satu tahun, di bulan Maulid Nabi dan bulan suci Ramadan, selebihnya mereka mengikuti proses pembelajaran dan pendidikan pesantren sepanjang tahun dan sepanjang hari.
Jadi kebahagiaannya bukan hanya karena sudah selesai ujian, namun pulang ke rumah bersua keluarga menjadi kebahagiaan utama para santri.
Sementara Emayatul Husna, siswi yang berasal dari Bawean Geresik ini sudah tidak tahan menunggu waktu berakhirnya UM.
"Habis UM langsung libur, langsung pulang ke rumah," katanya dengan raut wajah sumringah.
"Udah lama tidak pulang, kangen," sambungnya.
Siswi kelas XII IPA ini tetap akan balik ke pondok Nurul Jadid, akan melanjutkan studi kuliahnya di Universitas Nurul Jadid.
"Tetap, tetap di sini, kuliah di UNUJA," tuturnya saat ditanya tentang studi berikutnya.
Nurul Febriyanti, siswi berasal dari Kepulauan Masa Lembu Madura ini juga tidak luput dari atmosfir kebahagiaan yang sedang menyelimuti seluruh santri Nurul Jadid.
"Saya dari Kepulauan Masa Lembu," jawabnya saat ditanya asal rumahnya.
"Ya, pulang rombongan semua santri dari Madura, dikoordinir langsung oleh pondok, naik bis, nanti dropspot di Sumenep, senang mau pulang, nanti balik lagi ke sini, mau lanjut di UNUJA," ungkap siswi kelas XII bahasa ini.
Memang pemulangan libur santri pondok pesantren Nurul Jadid Paiton sudah dikoordinir dan difasilitasi oleh pondok sendiri, wali santri tidak perlu menjemput ke Paiton, cukup menunggu di dropspot masing masing kabupaten dan kecamatan yang sudah ditentukan.
Terakhir yang diwawancarai oleh tim humas mansapro, Moestyca Dwi Nabila Zaein, siswi berasal dari Pangkal Pinang propinsi Bangka Belitung.
Siswi yang biasa dipanggil Moes ini duduk di kelas XII Program Keagamaan (PK).
"Labbaik ustadz," jawabnya dengan berbahasa Arab, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna "siap ustadz untuk diberi tugas atau membantu".
Bahkan masih melanjutkan dengan beberapa kalimat berbahasa Arab setelah humas mansapro bertanya terkait ujiannya.
Hal ini tidak mengherankan karena bahasa komunikasi wajib bagi siswi PK adalah Arab atau Inggris setiap hari, baik di asrama pondok ataupun di lingkungan madrasah.
Moestica mengungkapkan rasa bahagia yang bercampur aduk dengan bahagianya.
"Sedih, karena akan berpisah dengan banyak teman, kurang waktunya hanya tiga tahun, tapi juga sangat bahagia karena sudah bisa menuntaskan belajar di mansapro, saya juga sudah banyak tahu para masyayikh, di sini banyak barokah," katanya.
"Lagian sebentar lagi pulang liburan,"
"Saya ikut rombongan yang kabupaten Probolinggo, ke rumah saudara dulu, besoknya baru ke Jakarta naik kereta, pas dari Jakarta naik pesawat ke Pangkal Pinang," tuturnya.
"Saya pulang berdua sama adik," jawabnya saat ditanya teman pulangnya.
"Tidak, tidak takut, sudah sejak kelas satu saya biasa pulang seperti itu," ketika ditanya apa tidak takut. (ZA)